BALAI PELATIHAN PERTANIAN DI ERA 4.0 “TANTANGAN DAN SOLUSI” - BBPP BATU

BALAI PELATIHAN PERTANIAN DI ERA 4.0 “TANTANGAN DAN SOLUSI”

Pararto Wicaksono, SP, M.Si
Widyaiswara Ahli Madya BBPP-Batu
PENDAHULUAN

Peningkatan teknologi dan perkembangan Era Pertanian 4.0 membawa dampak signifikan pada berbagai sektor pertanian, termasuk pelatihan pertanian di Balai Pelatihan Pertanian. Era Pertanian 4.0 sangat
terkait dengan teknologi digital seperti IoT (Internet of Things), sensor, robotika, dan analisis data. Bagaimana kesiapan dan penerapan dari halhal tersebut sangatlah penting untuk melihatnya dari berbagai sisi.
Di satu sisi, Balai Pelatihan Pertanian akan menghadapi beberapa tantangan dalam meningkatkan keahlian digital peserta pelatihan agar dapat memahami dan mengelola teknologi baru ini. Kesiapan dan kemampuan balai pelatihan pertanian untuk mengadaptasi dan mendukung petani dalam mengadopsi teknologi ini akan sangat mempengaruhi produktivitas dan keberlanjutan pertanian. Di sisi lain, beberapa daerah pertanian masih kurang memiliki infrastruktur digital dan akses internet yang memadai. Ini dapat menjadi hambatan dalam menyediakan pelatihan yang efektif dan terkini, serta mengintegrasikan teknologi pertanian 4.0 ke dalam praktik pertanian lokal. Tentu implementasi teknologi pertanian 4.0 memerlukan investasi yang signifikan dalam infrastruktur dan peralatan. Terkait hal ini, Balai
Pelatihan Pertanian juga membutuhkan finansial yang memadai dalam menyediakan sumber daya yang cukup untuk pelatihan dan pengembangan teknologi. Misalnya saja, untuk pelatihan pertanian yang ada saat ini perlu disesuaikan dengan perkembangan teknologi terkini. Sehingga diperlukan adanya perubahan dalam kurikulum pelatihan untuk memasukkan keterampilan dan pengetahuan terkait pertanian 4.0.

Selain itu, sangat perlu untuk melibatkan petani secara langsung dalam proses pelatihan dan implementasi teknologi pertanian 4.0, jadi tidak fokus kepada petugas atau aparatur saja, agar petani tidak gagap teknologi. Dengan demikian, diperlukan pendekatan yang lebih partisipatif untuk memastikan penerimaan dan pengadopsian teknologi baru oleh komunitas pertanian. Aspek lainnya yaitu terdapat risiko ketidaksetaraan akses terhadap pelatihan dan teknologi di antara petani. Beberapa kelompok bisa jadi memiliki lebih sedikit akses daripada yang lain, sehingga memerlukan perhatian khusus untuk memastikan inklusivitas dalam penerapan pertanian 4.0. Penggunaan teknologi pertanian 4.0 juga melibatkan pengumpulan dan analisis data. Oleh karena itu, penting untuk mempertimbangkan
masalah etika dan privasi yang terkait dengan penggunaan data petani. Dalam menghadapi perubahan teknologi dan tren pertanian modern, maka kita harus merinci beberapa permasalahan, sehingga Balai Pelatihan Pertanian dapat menjalankan transisi dan transformasi teknologi pertanian 4.0 dengan fokus yang baik dan tepat. Permasalahan yang dimaksud diwakili oleh pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut:

  1. Sejauhmana Balai Pelatihan Pertanian telah mengintegrasikan teknologi pertanian 4.0 dalam kurikulum dan program pelatihannya?
  2. Bagaimana tingkat kesiapan digital petani yang telah menjalani pelatihan di Balai Pelatihan Pertanian dalam mengadopsi teknologi pertanian 4.0?
  3. Apakah terdapat program pelatihan khusus yang dirancang untuk mempersiapkan petani menghadapi aspek-aspek etika dan privasi terkait dengan penggunaan data dalam konteks pertanian 4.0?

Jawaban dari pertanyaan-pertanyaan tersebut akan membuat langkah-langkah yang diambil semakin tepat karena gambaran permasalahannya sudah jelas. Dari jawaban yang muncul, diantaranya kita dapat :
a. Menilai sejauh mana Balai Pelatihan Pertanian telah mempersiapkan diri menghadapi perubahan teknologi dan tren pertanian 4.0, termasuk integrasi teknologi modern ke dalam kurikulum dan program pelatihan.
b. Mengukur efektivitas pelatihan yang diberikan oleh Balai Pelatihan Pertanian dalam meningkatkan keterampilan dan pengetahuan petani terkait dengan teknologi pertanian 4.0
c. Mendorong keterlibatan aktif petani dalam proses pelatihan, memastikan bahwa program-program tersebut sesuai dengan kebutuhan dan keberlanjutan komunitas pertanian. Dengan memahami berbagai kemungkinan yang akan timbul dan dihadapi oleh Balai Pelatihan Pertanian di Era Pertanian 4.0 dan melakukan antisipasinya, maka akan dapat membantu menciptakan transisi yang lebih mulus menuju pertanian yang lebih berkelanjutan, efisien, dan inovatif.

TANTANGAN DAN SOLUSI

Fokus pada penyelesaian masalah, maka akan menyelesaikan masalah. Pada setiap proses kerja membutuhkan fokus pada apa saja yang harus diutamakan karena akan mempengaruhi tujuan yang hendak dicapai. Dalam hal pengimplementasian teknologi pertanian 4.0, maka tantangan awal yang perlu dilakukan adalah menjawab ketiga pertanyaan sebagaimana telah disampaikan sebelumnya. Ketiga pertanyaan tersebut mengenai sejauhmana integrasi teknologi pertanian telah dilakukan, bagaimana tingkat kesiapan digital petani, dan adakah program pelatihan khusus terkait aspek-aspek etika dan privasi penggunaan data pertanian.

A. Integrasi Teknologi Pertanian 4.0

Sejauhmana Balai Pelatihan Pertanian telah mengintegrasikan teknologi pertanian 4.0 dalam kurikulum dan program pelatihannya memerlukan analisis mendalam terhadap langkah-langkah yang telah diambil oleh lembaga tersebut? Untuk menjawab permasalahan tersebut, maka ada lima langkah yang dapat dilakukan meliputi analisis, modul, tenaga ahli, sarana pendukung, dan kerjasama.
Pertama, melakukan analisis yang dimulai dengan melihat kurikulum yang telah diterapkan oleh Balai Pelatihan Pertanian. Kurikulum yang dipersiapkan harus mencerminkan perkembangan terkini dalam teknologi pertanian 4.0, seperti penggunaan sensor, IoT, drone, kecerdasan buatan, dan teknologi lainnya.
Kedua, berkaitan dengan modul pelatihan atau mata latih yang secara khusus menangani konsep dan aplikasi teknologi pertanian 4.0 misalnya tentang pengenalan, pengoperasian dan penerapan teknologi pertanian 4.0.
Ketiga, dalam mempersiapkan dan menyusun kurikulum pelatihan perlu melibatkan praktisi atau ahli di bidang teknologi 4.0 dalam konteks pertanian dengan harapan dapat meningkatkan relevansi dan aplikabilitas materi pelatihan.
Keempat, perlunya penggunaan sarana pendukung yakni alat pembelajaran interaktif, simulasi, atau platform online yang mendukung pemahaman dan penerapan teknologi pertanian 4.0.
Kelima, adanya kerjasama dari Balai Pelatihan Pertanian dengan industri pertanian dan lembaga penelitian terkait sehingga dapat memberikan akses pada informasi terkini dan pengalaman praktis di lapangan.

B. Tingkat Kesiapan Digital Petani

Bagaimana tingkat kesiapan digital petani setelah menjalani pelatihan di Balai Pelatihan Pertanian? Tingkat kesiapan ini dapat bervariasi, tergantung pada berbagai faktor seperti jenis pelatihan yang diterima, tingkat keahlian awal petani, dan dukungan yang diberikan setelah pelatihan. Hal ini tidak bisa dan tidak boleh ”dipukul rata” antara satu daerah dengan daerah lainnya karena adanya faktor-faktor yang dapat memengaruhi tingkat kesiapan digital petani dalam mengadopsi teknologi pertanian 4.0 setelah menjalani pelatihan, yaitu:
Pertama, adalah jenis pelatihan. Artinya bahwa dengan adanya pelatihan yang menyeluruh dan berfokus pada aspek teknologi pertanian 4.0 dapat meningkatkan pemahaman dan keterampilan petani dalam mengadopsi teknologi tersebut. Tentunya melalui pelatihan yang praktis dan relevan dengan kebutuhan sehari-hari petani agar lebih memberikan dampak positif.
Kedua, adanya akses terhadap teknologi. Ketersediaan akses dan pemahaman terhadap perangkat keras dan perangkat lunak yang diperlukan untuk menerapkan teknologi pertanian 4.0 dapat memengaruhi kesiapan petani yang bersangkutan. Selain itu adanya dukungan teknis dan aksesibilitas teknologi juga dapat menjadi faktor penentu keberhasilan pelatihan bagi petani yang bersangkutan.
Ketiga, adanya dukungan pasca pelatihan. Artinya bahwa setelah peserta pelatihan khususnya petani mengikuti pelatihan selama waktu yang telah ditentukan, maka mereka juga harus mendapat dukungan setelah selesai mengikuti pelatihan. Hal ini sangat penting karena jika petani mendapatkan bimbingan lanjutan, pelatihan lapangan, atau sumber daya tambahan, mereka diharapkan mempunyai kesadaran, kemauan serta mampu untuk mengadopsi teknologi. Selain itu adanya ketersediaan layanan dukungan teknis dan mekanisme pemecahan masalah dapat membantu petani mengatasi hambatan yang mungkin muncul pasca mengikuti pelatihan tersebut.
Keempat, kesiapan infrastruktur. Misalnya, konektivitas internet dan akses listrik, memainkan peran kunci yang memungkinkan petani untuk menggunakan teknologi pertanian 4.0 secara efektif dan efisien. Dengan adanya peningkatan infrastruktur diharapkan dapat mendukung adopsi teknologi di daerah-daerah pertanian yang potensial dikembangkan.
Kelima, faktor kesadaran dan motivasi petani. Artinya bahwa tingkat kesadaran dan motivasi petani terhadap manfaat teknologi pertanian 4.0 dapat memengaruhi tingkat kesiapan dan keingintahuan mereka. Maka di sini perlu adanya literasi dan edukasi terkait manfaat ekonomi, efisiensi, dan keberlanjutan teknologi yang dapat meningkatkan minat petani terhadap pertanian yang mereka usahakan.
Keenam, yang tidak kalah penting yakni adanya kolaborasi dan jaringan. Maksudnya ada kolaborasi antara petani, pemangku kepentingan, dan lembaga pelatihan dalam hal ini Balai Pelatihan Pertanian untuk dapat
membantu dalam bertukar informasi dan pengalaman. Diharapkan melalui kolaborasi dan jaringan ini dapat memberikan dukungan dan inspirasi tambahan kepada petani yang bersangkutan.
Selain melalui pengukuran kesiapan digital petani bisa juga dilakukan melalui survei, evaluasi monitoring, dan pemantauan implementasi teknologi di lapangan. Hal ini penting dilakukan untuk terus memantau dan mengevaluasi progres atau kemajuan peserta setelah mengikuti pelatihan agar dapat memberikan dukungan yang sesuai dan memperbaiki program pelatihan di masa mendatang.

C. Program Pelatihan Khusus Aspek Etika dan Privasi Penggunaan Data Pertanian

Apakah terdapat program pelatihan khusus yang dirancang untuk mempersiapkan petani menghadapi aspek-aspek etika dan privasi terkait dengan penggunaan data dalam konteks pertanian 4.0?
Pada umumnya, pelatihan untuk petani dalam konteks pertanian 4.0 lebih fokus pada aspek teknis dan praktis penggunaan teknologi daripada pada aspek etika dan privasi. Namun demikian, dengan semakin meningkatnya pemahaman akan pentingnya keamanan data dan privasi dalam dunia digital, beberapa inisiatif dan program pelatihan sudah mulai memasukkan aspek-aspek etika dan privasi terkait dengan penggunaan data dalam pertanian 4.0.

Adapun langkah-langkah dan program yang dapat dirancang untuk mempersiapkan petani menghadapi aspek etika dan privasi ini meliputi modul, studi kasus dan diskusi, pelatihan partisipatif, sarana dan panduan, pelatihan online, serta pelatihan rutin dan pembaruan.
Pertama, adanya modul atau bahan ajar pelatihan khusus. Di dalam modul atau bahan ajar pelatihan khusus tersebut juga membahas aspek etika dan privasi terkait dengan penggunaan data dalam pertanian 4.0. Modul atau bahan ajar ini dapat mencakup pemahaman tentang jenis data yang dikumpulkan, cara data tersebut digunakan, dan langkah-langkah keamanan yang perlu diambil.
Kedua, melalui metode studi kasus dan diskusi. Penggunaan metode studi kasus dan diskusi kelompok untuk menggambarkan situasi nyataterkait dengan etika dan privasi dalam pertanian 4.0 dapat membantu petani memahami potensi risiko dan keputusan etis yang harus diambil.
Ketiga, melalui metode pendekatan pelatihan partisipatif. Artinya bahwa dalam kegiatan pelatihan tersebut melibatkan peran aktif petani dalam proses perancangan dan implementasi program pelatihan. Misalnya, dengan mendengarkan kekhawatiran dan pertanyaan langsung dari petani, program pelatihan dapat dirancang untuk lebih sesuai dengan kebutuhan dan meminimalkan kekhawatiran dari mereka.
Keempat, ketersediaan sarana dan panduan. Menyediakan sarana tertulis, panduan, dan video tutorial yang mudah dipahami mengenai etika dan privasi dalam konteks pertanian 4.0. Hal ini akan menjadi referensi yang bermanfaat bagi petani ketika mereka menghadapi situasi yang berkaitan dengan data.
Kelima, melalui metode pelatihan daring (online). Menyelenggarakan pelatihan online yang dapat diakses oleh petani dari berbagai lokasi. Diharapkan ada peningkatan kesadaran tentang isu-isu etika dan privasi tanpa harus mengganggu rutinitas harian pertanian.
Keenam, melalui pelatihan rutin dan pembaruan. Menyelenggarakan pelatihan rutin dan pembaruan terkait etika dan privasi seiring perkembangan teknologi pertanian dan informasi serta adanya perubahan regulasi. Hal ini penting agar petani tetap up-to-date dengan perkembangan teknologi pertanian dan informasi terkini. Dengan menyertakan aspek etika dan privasi dalam pelatihan, maka diharapkan petani dapat lebih siap menghadapi tantangan yang timbul seiring dengan penggunaan teknologi pertanian 4.0 serta melibatkan mereka dalam proses pengambilan keputusan etis terkait dengan data mereka.

KESIMPULAN DAN SARAN

Manusia, teknologi, dan budayanya akan terus berkembang. Perubahan akan terus terjadi dan kita harus menyesuaikan diri. Khususnya dunia pelatihan pertanian, seiring kebutuhan pangan yang akan terus
meningkat yang juga akan mempengaruhi cara dan taraf hidup para petani. Dalam rangka menyesuaikan diri terhadap adanya teknologi pertanian 4.0, petani harus terus belajar sekaligus mendapatkan pendampingan sehingga lebih terarah, selain untuk dapat memenuhi kebutuhan sendiri juga masyarakat yang lebih luas lagi.

A. Kesimpulan

Peran dan keterlibatan Balai Pelatihan Pertanian di Era Pertanian 4.0 dengan langkah-langkah yang diambilnya akan berdampak positif dengan mencermati kesimpulan berikut:
a. Program pelatihan yang efektif biasanya mencakup aspek praktis dan studi kasus nyata dalam menerapkan teknologi pertanian 4.0. Ini membantu petani untuk tidak hanya memahami konsep secara teoritis tetapi juga menerapkannya dalam situasi pertanian sehari-hari.
b. Kebijakan balai pelatihan yang responsif terhadap perkembangan terkini dalam teknologi pertanian dapat menjadi indikator integrasi yang baik. Pembaruan terhadap kurikulum untuk mencerminkan perkembangan terbaru dalam pertanian 4.0 merupakan langkah yang penting.
c. Integrasi teknologi pertanian 4.0 yang sukses melibatkan petani secara langsung. Jika program pelatihan menciptakan ruang untuk diskusi, keterlibatan petani, dan penyesuaian dengan kebutuhan lokal, hal ini dapat dianggap sebagai tanda keberhasilan.
d. Dengan adanya pelatihan di Balai Pelatihan Pertanian, diharapkan tingkat keterampilan digital petani meningkat. Pelatihan tersebut mungkin mencakup pengenalan terhadap teknologi pertanian 4.0, penggunaan perangkat keras dan perangkat lunak terkait, serta pemahaman terhadap konsep-konsep seperti big data dan kecerdasan buatan.

e. Petani yang menjalani pelatihan diharapkan lebih siap dalam mengadopsi teknologi pertanian 4.0 dalam praktik pertanian sehari-hari. Ini termasuk kemampuan untuk mengelola data, menerapkan solusi berbasis teknologi, dan memanfaatkan informasi yang dihasilkan oleh sensor dan teknologi lainnya.
f. Pentingnya dukungan pasca pelatihan tidak boleh diabaikan. Dukungan lanjutan dalam bentuk bimbingan teknis, pemecahan masalah, dan pembaruan terkait teknologi dapat membantu memastikan bahwa petani tetap mendukung dan menggunakan teknologi dengan efektif setelah pelatihan.
g. Balai Pelatihan di era Industri 4.0 dihadapkan pada tantangan kompleks, tetapi juga memiliki peluang besar untuk berinovasi dan meningkatkan relevansi dalam mendidik dan melatih tenaga kerja. Dengan adaptasi yang tepat, kemitraan yang kuat, dan pemanfaatan teknologi modern, Balai Pelatihan Pertanian dapat memainkan peran kunci dalam mempersiapkan tenaga kerja untuk menghadapi tantangan masa depan.

B. Saran

Balai Pelatihan Pertanian dapat memainkan peran yang lebih efektif dalam mendukung petani menghadapi tantangan dan memanfaatkan peluang yang ada dalam Era Pertanian 4.0. Diperlukan pembaruan dan pengembangan lebih lanjut dalam program pelatihan untuk memastikan bahwa petani memiliki pemahaman yang mendalam tentang implikasi etika dan privasi data seiring dengan perkembangan teknologi pertanian 4.0.

Daftar Pustaka

Firdausy, Carunia Mulya, Achmad Suryana dkk (Ed.). 2019. Revolusi Industri 4.0 dan Pembangunan Ekonomi Berkelanjutan. Prosiding Seminar Nasional Bagian II Pusat Penelitian Badan Keahlian DPR RI. Jakarta: Pusat Penelitian Badan Keahlian DPR RI.
Rusmono, Momon. 2021. Transformasi Sistem Penyuluhan Pertanian Era TIK Untuk Penguasaan dan Pemanfaatan Iptek (versi pdf). Jakarta: Pusat Pendidikan Pertanian, Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian, Kementerian Pertanian.

Comments are closed.